BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Psikosomatis berasal
dari kata psycho (jiwa) dan soma (tubuh, jasad) yang merujuk
kepada keterkaitan antara adanya ketidakberesan dalam keseimbangan jiwa dengan
kemunculan gejala sakit yang dirasakan oleh tubuh. Sudah kita kenal istilah mens
sana in corpore sano, bukan? Jiwa yang sehat terdapat pada tubuh yang
sehat. Ternyata juga berlaku sebaliknya, tubuh yang sehat dimiliki oleh jiwa
yang juga sehat. Ini adalah masalah mind and body connection.
Psikosomatis merupakan
salah satu gangguan kesehatan atau penyakit yang ditandai oleh bermacam-macam
keluhan fisik. Berbagai keluhan tersebut acapkali berpindah-pindah. Sebagai
contoh dalam waktu beberapa hari terjadi keluhan pada pencernaan, disusul
gangguan pernafasan pada hari-hari berikutnya. Atau kadang keluhan tersebut
menetap hanya pada satu sistem saja, misal hanya pada sistem pencernaan
(gangguan lambung). Kondisi inilah yang seringkali menjadi sebab
berpindah-pindahnya penderita dari satu dokter ke dokter yang lain (“doctor
shopping”). Ada sebagian pasien yang kemudian jatuh pada perangkap
medikalisasi, yakni upaya atau tindakan dengan berbagai teknik dan taktik, yang
membuat mereka terkondisi dalam keadaan sakit dan memerlukan pemeriksaan maupun
pengobatan.
Padahal gangguan psikosomatis ini sebenarnya justru disebabkan dan berkaitan erat dengan masalah psikis/psikososial. Alhasil, dapat terjadi gangguan fisik pada seluruh sistem di tubuh manusia mulai dari sistem kardiovaskular, sistem pernafasan, sistem pencernaan, kulit, saluran urogenital (saluran kencing) dan sebagainya.
Padahal gangguan psikosomatis ini sebenarnya justru disebabkan dan berkaitan erat dengan masalah psikis/psikososial. Alhasil, dapat terjadi gangguan fisik pada seluruh sistem di tubuh manusia mulai dari sistem kardiovaskular, sistem pernafasan, sistem pencernaan, kulit, saluran urogenital (saluran kencing) dan sebagainya.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa yang
dimaksud dengan psikosomatis?
2.
Apa factor dan
penyebab dari gangguan psikosomatis?
3.
Bagaimana
pengobatan gangguan psikosomatis dalam psikologi islam?
C. Tujuan
Masalah
1.
Untuk mengetahui
apa pengertian dari psikosomatis
2.
Untuk mengetahui
apa saja yang menyebabkan terjadinya gangguan psikosomatis
3.
Untuk mengetahui
bagaimana pengobatan psikosomatis dalam psikologi islam
D. Manfaat Penulisan
Sedangkan
kegunaan penulisan makalah ini adalah diharapkan kajian ini dapat menjadi bahan
bacaan dalam rangka menambah wawasan dan khazanah dari ilmu pengetahuan tentang
pengobatan psikosomatis dalam psikologi islam.
BAB
II
KAJIAN
TEORI
1.
Definisi Psikosomatis
A. Psikosomatis
“Psikosomatis”
adalah gabungan dari kata “psyche”(interaksi jiwa) dan “soma”(tubuh) yang
menekankan kesatuan kausatif atau pendekatan kolistik terhadap
kedokteran,karena semua penyakit dipengaruhi oleh factor psikologis,suatu
hubungan yang telah digali oleh berbagai bidang kedokteran alternative.
Gangguan somatoform
adalah suatu kelompok gangguan yang memiliki gejala fisik (seperti,nyeri,mual
dan pusing) di mana tidak ditemukan penjelasan medis yang kuat berdasarkan
pemeriksaan fisik dan laboraturium. Atau disebut juga gangguan psikosomatis
artinya gangguan jiwa yang dimanifestasikan pada gangguan susunan saraf vegetative,karena
manusia bereaksi secara holistic maka gangguan jiwa senantiasa atau banyak
mempunyai komponen somatic.
Wanita dengan gangguan somatisasi melebihi jumlah laki-laki
sebesar 5 sampai 20 kali,walaupun perkiraan setinggi mungkin karena
kecenderungan awal yang tidak mendiagnosis gangguan somatisasi pada laki-laki. Namun
demikian dengan rasio wanita berbanding dengan laki-laki adalah 5:1 prevalensi
seumur hidup gangguan somatisasi pada wanita di populasi umum adalah 1 atau 2
persen, gangguan ini bukan gangguan yang jarang ditemukan.
B. Faktor
Psikologis
a. Stress
Umum
Suatu
peristiwa atau situasi kehidupan yang penuh dengan stress I ternal atau
eksternal,aku atau kronis menciptakan tantangan di mana organisme tidak dapat
berespon secara adekuat. Penelitian terakhir telah menemukan bahwa orang yang
menghadapi stress umum secara optimis cenderung tidak mengalami gangguan
psikosomatis. Jika mereka mengalaminya mereka mudah pulih dari gangguan. Contoh
dari stress umum adalah: perceraian,kematian pasangan,bencana dan lain-lain.
b. Stress
spesifik lawan non spesifik
Stress
psikis spesifik dapat didefinisikan sebagai kepribadian spesifik atau konflik
bawah sadar yang menyebabkan ketidakseimbangan yang berperan dalam perkembangan
gangguan psikosomatis,konflik bawah sadar spesifik adalah berhubungan dengan
gangguan psikosomatis spesifik(sebagai contohnya,konflik ketergantungan yang
tidak disadari mempresdisposisikan pada seseorang ulkus peptikum).
Selain
itu stress nonspesifik yang kronik,biasanya dengan variable kecemasan yang
mengelilinginya, telah diperkirakan memiliki korelasi psikologis yang
dikombinasikan dengan kerentanan atau debilitas organ genetic, mempredisposisikan
orang tertentu kepada gangguan psikosomatis.
Orang aleksitimik yaitu orang yang tidak
mampu membaca emosinya sendiri, mereka
memiliki kehidupan fantasi yang miskin dan tidak menyadari konflik
emosionalnya. Gangguan psikosomatis mungkin berperan sebagai jalan keluar untuk
ketegangan mereka yang terkumpul.
Teori
penyebab nonspesifik didukung oleh bukti-bukti eksperimental di mana, dibawah
stress kronis,binatang menderita gangguan psikosomatis(seperti ulkus peptikum), jelas binatang tidak
memiliki kepribadian tertentu atau konflik psikologis bawah sadar yang dimiliki
orang.
C. Faktor
Sosial
Gangguan
melibatkan interpretasi gejala tersebut suatu tipe komunikasi social, hasilnya
adalah menghindari kewajiban (sebagai contohnya, mengerjakan pekerjaan yang
tidak disukai), mengekspresikan emosi(sebagai contohnya kemarahan pada
pasangan), atau untuk mensimbolisasikan suatu perasaan atau keyakinan (sebagai
contohnya nyeri pada usus seseorang).
D. Penyebab
Psikosomatis
Di bagian psikosomatik ini lebih
dulu dilakukan pemeriksaan yang teliti tentang phycic penderita, bahkan
dikirim juga ke bagian rontgen. Ternyata hasil pemeriksaan dari rontgen
itu negatif atau tidak apa-apa. Maka sesudah itu penderita dilakukan pemeriksaan sejarah hidupnya dari
kecil sampai dewasa. Ternyata bahwa sejarah hidupnya dari masa kecil penuh
dengan keluhan jiwa, susah gelisah, sedih, jengkel dan lain-lain. Dan itulah
selaku faktor predisposisi. Maka waktu dewasanya menderita
penyakit kepala pusing, nafas sesak, jantung berdebar, perut terasa mual, dan
itulah yang disebut faktor presipitisi.
terdapat 7 hal yang bisa mengakibatkan penyakit psikosomatis :
1.
Internal Conflict : konflik diri yang melibatkan minimal 2
parts.
2.
Organ Language : bahasa yang digunakan seseorang dalam
mengungkapkan perasaanya.
3.
Motivation/Secondary Gain : Keuntungan yang dapat diterima dari
seseorang dengan penyakit fisiknya, misalnya perhatian dari orang tua, suami,
istri, atau lingkungannya, atau menghindari tanggung jawab tertentu.
4.
Past Experience : Pengalaman masa lalu yang bersifat
traumatik yang mengakibatkan emosi yang intens dalam diri seseorang.
5.
Identification : Penyakit muncul karena mengidentifikasi
seseorang yang dianggap memiliki otoritas atau figur. Klien akan mengalami
sakit seperti yang dialami figur otoritas itu.
6.
Self Punishment : pikiran bawah sadar membuat klien sakit
karena klien punya perasaan bersalah akibat dari melakukan suatu tindakan yang
bertentangan dengan nilai hidup yang klien pegang.
7.
Imprint : Program pikiran yang masuk ke pikiran bawah
sadar klien saat mengalami emosi yang intens. Contohnya orang tua yang
mengatakan,"Jangan sampai kehujanan, nanti kamu bisa flu."
2.
Pengobatan Gangguan Psikosomatis dalam
Psikologi Islam
Sesungguhnya suatu cara yang lebih cepat untuk
merawat kesehatan rohani atau Psikosomatik adalah dengan meyakini dan
mengamalkan ajaran-ajaran agama secara sungguh-sungguh dalam perkataan dan
perbuatan karena agamalah yang dapat membimbing dan menuntun manusia ke arah kehidupan
sejati dan sejahtera lahir dan batin. Sedangkan Allah tidak menurunkan suatu ajaran
tanpa adanya petunjuk baik berupa kitab maupun utusan. Mengingat al-Qur’an
adalah kitab petunjuk yang dapat menyembuhkan maka di dalamnya terdapat obat
yang akan mengarahkan manusia pada hidup yang sehat baik rohani maupun jasmani.
Berikut terdapat beberapa cara pengobatan yang disarankan oleh al-Qur’an,
yaitu:
a. Sabar
Kenyataan
hidup sehari-hari, tidak selamanya menyenangkan. Ada orang yang berhasil
mencapai cita-citanya dan ada pula yang gagal. Penyebab kegagalan itupun
bermacam-macam pula,kadang-kadang sulit mengatasinya,sehingga orang merasa
seolah-olah ke mana ia pergi selalu ada hambatan,bahkan kadang-kadang segala
pintu terasa tertutup dihadapannya. Dalam keadaan yang demikian,seorang yang
beriman hendaknya ingat akan petunjuk Allah yang menyuruh sabar. Peribahasa pun
mengatakan:”sabar itu pelita hati.”
Allah
menyuruh orang Islam agar menjadikan sabar dan shalat untuk menolongnya. Sabar
dapat menjadi obat terhadap gangguan kejiwaan,sabar juga dapat mencegah agar
tidak terserang gangguan kejiwaan dan sabar dapat pula meningkatkan kesehatan
mental.
Mari
kita ikuti kisah seorang yang telah berada diusia senja,yang mengalami suatu
cobaan yang berat. Orang tersebut terkenal sebagai seorang yang
penyayang,hidupnya seolah-olah aman saja,tidak mempunyai musuh dan tidak mempunyai
anak. Setiap ada orang yang susah selalu mengadu kepadanya dan minta bantuan
apa saja, bahkan kadang-kadang orang berkecukupan pun minta kepadanya. Dan
tidak jarang terjadi, di mana terdapat persaingan antara orang-orang yang
mendekat kepadanya,mereka saling curiga,jangan-jangan orang lain mendapat
bantuan lebih banyak daripada dirinya sendiri.
Suatu
ketika orang tersebut menghadapi kekecewaan yang amat sangat,karena dia
dibohongi dan ditipu oleh orang yang telah lama dikenalnya dan telah banyak
ditolongnya. Dengan dorongannya dan bantuannya kehidupan orang tersebut
meningkat,sehingga orang itu tampaknya tidak memerlukan apapun lagi.
Pada
suatu hari datanglah orang yang dulu pernah dibantunya itu, membujuk dan
menipunya dengan cara yang licik, sehingga sejumlah besar harta miliknya dibawa
pergi oleh orang tersebut. Dan setelah itu seluruh anggota keluarga orang itu menghilang.
Orang
tua itu tertipu dan menyesal,sedih, dan amat kecewa namun ia menutup rahasia
penipuan terhadap dirinya dan tetap berusaha terlihat gembira, walaupun hatinya
menangis,bahkan menjerit.semua pekerjaannya harus tetap berjalan seperti biasa,
hanya suatu rencana besar yang memerlukan dana yang tidak sedikit, tertunda.
Bahkan rencana itu tidak dipikirkan lagi oleh orang tua itu.
Usahanya
menolong dirinya sendiri,dilakukannya dengan berdoa dan memohon Allah dan ia
ingat firman Allah yang amat penting,yaitu (Surat Al-Baqarah(2):153)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ
وَالصَّلَاةِ ۚ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
“Hai orang-orang yang beriman,jadikanlah sabar dan
shalat sebagai penolongmu. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”
Sejak
peristiwa tersebut,shalatnya semakin rajin,hampir tiap malam ia shalat Tahajud
dan ia mulai sering melakukan shalat dhuha. Dia sering memohon kepada Allah
agar diberi-Nya kesabaran.
Sungguh
berat melatih diri untuk sabar. Kadang-kadang ia bertanya kepada Allah:” Apa
hikmah cobaan Allah yang amat berat ini?” Tentu jawaban Allah tidak
diketahuinya. Dia tahu bahwa dirinya tidak meminta jawaban Allah,ia hanya mohon
karunia sabar dari Allah. Shalatnya semakin meningkat,doa dan membaca Al-Qur’an
semakin sering.
Rahasia
itu tetap ditutupnya rapat-rapat ,ia malu jika ada orang lain yang tahu dan ia
disesali dan dipersalahkan,ia pun tidak ingin mengadukan masalahnya kepada
orang yang berwenang(polisi). Baginya cukup Allah saja yang tahu dan dia mohon
hanya kepada Allah, tidak kepada manusia.
Kadang-kadang
perasaan marah,kecewa dan sakit hati mendera hatinya.terbetik dalam hatinya
untuk berjanji tidak akan menolong orang itu lagi di masa yang akan mendatang
dan tidak akan memaafkan kesalahan orang itu. Karena seluruh anggota
keluarganya telah bersepakat untuk berbuat tidak baik terhadap dirinya.
Diserahkannya kepada Allah permasalahannya,karena ia tidak mampu memikirkan apa
yang harus dilakukannya kepada orang tersebut. Dia ingat satu ayat Al-Qur’an
yang berbunyi[ Surat Ali-‘Imran(3):54]:
(٥٤)
وَمَكَرُوا وَمَكَرَ اللَّهُ وَاللَّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ
“Dan
mereka itu berbuat makar dan Allah membalas makar mereka. Dan Allah sebaik-baik
pembalas makar.”
Kasus
ini cukup unik, dimana si penderita tidak mengadu kepada siapapun,kecuali
kepada Allah saja. Berbagai perasaan dan konflik batin dihadapinya dengan doa
dan shalat. Tidak ada orang tahu tentang masalah berat yang dideritanya. Hanya
Allah saja tumpuan harapan dan tempatnya mengadu. Berbagai masalah berkecamuk
dalam hatinya,dia tidak menumpahkannya,kecuali kepada Allah saja.
Setelah
dirinya tentram kembali dan gelombang emosi yang berkecamuk di dadanya
reda,semangat bekerjanya timbul kembali, bahkan gairahnya untuk melakukan amal
sosialnya meningkat,Ia merasa bahwa dadanya lapang dan dunia terasa cerah.
Hatinya bersih dari dendam dan kecewa.
Orang yang sabar adalah orang yang
dapat mengumpulkan dan menghimpun segala sumber daya yang ia miliki dengan menghindarkan
dirinya dari keluh kesah, cemas maupun takanan batin. Dengan sabar maka jiwanya
akan kuat dalam menghadapi kesulitan.
Ø Analisa
terhadap kasus:
o
Fungsi preventif:
Dalam
kasus ini yang paling menonjol adalah fungsi preventif(pencegahan), terlihat
betapa beratnya penderitaan yang dialaminya, namun ia bertahan untuk menutup
rapat peristiwa tersebut. Untuk menyimpan rahasia yang amat menekan perasaan
yang berkecamuk dalam dirinya,hati terasa disayat-sayat oleh rasa kecewa dan
sebagainya. Kadang-kadang kepalanya terasa pusing,pikirannya seolah-olah tidak
berdaya.
Akhirnya Ia memohon kepada
Allah,agar diberi-Nya petunjuk dan kesabaran menerima musibah tersebut. Ia
menangis dan meratap kepada Allah dan memohon agar ia tetap sehat jasmani dan
rohani, ia sangat-sangat takut akan terserang gangguan kejiwaan.
o
Fungsi kuratif:
Sesungguhnya
penderitaan yang dialaminya amat berat, di mana kadang-kadang ia terserang psikosomatik,kepala
pusing,dadanya dan hatinya sesak,seolah-olah dalam dirinya berkecamuk perang
yang amat dahsyat, di antara berbagai perasaan yang tidak menyenangkan,untunglah ia lari kepada
Allah,memohon kesabaram,kesabaran, dan kesabaran. Shalat Tahajud, Shalat
Dhuha,Zikir dan membaca Al-Qur’an hampir selalu dilakukannya untuk memperoleh
kesabaran. Dia menyerahkan persoalannya kepada Allah,kemampuan manusiawi tidak
dapat mengatasi penderitaannya, maka ia menyerah bulat kepada Allah, Allah
saja,lain dari itu tidak ada.
b. Taubat
Nasuha
Salah satu
psikoterapi islami mandiri yang amat dibutuhjan oleh orang islam adalah cara
yang dapat dilakukannya sendiri,tanpa minta tolong pada konselor/psikoterapis,
karena ia malu akan terbuka rahasianya, kendati pun psikoterapis islami tidak
akan menceritakan kelakuannya yang salah kepada orang lain.
Cara tersebut adalah
taubat nasuha,yaitu permohonan ampun
kepada Allah tanpa ada yang mengetahuinya. Taubat
nasuha adalah tobat yang mantap dan janji tidak akan pernah mengulangi
kesalahan yang sama setelah ia memohon ampun kepada Allah.
Sungguh
banyak yang melakukan kesalahan dan pelanggaran terhadap ketentuan Agama
Islam,akan tetapi tidak semua orang yang bersalah itu merasa dirinya
berdosa,boleh jadi karena pengaruh lingkungan,terdorong oleh hawa nafsu atau
karena keinginan yang amat besar terhadap sesuatu,akan tetapi tidak ada
kemampuan untuk mencapainya secara wajar.
Apabila
dalam jiwa orang tersebut masih ada sepercik iman, akan dating juga
waktunya,dimana ia merasa berdosa dan biasanya menyesali perbuatannya itu. Di
antara mereka ada yang ingin kembali kepada keadaan dan pribadi yang bersih
dari dosa. Akan tetapi ia tidak tahu bagaimana caranya.
Di
sinilah peran tobat itu,minta ampun kepada Allah dan Allah menjanjikan akan
mengampuni dan menerima tobat mereka,Firman Allah, Surat At-Tahriim(66):8;
ا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا عَسَى رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ
عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ
يَوْمَ لا يُخْزِي اللَّهُ النَّبِيَّ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ نُورُهُمْ
يَسْعَى بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا
نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (٨)
“Hai orang-orang yang beriman,bertobatlah
kamu kepada Allah dengan tobat yang
semurni-murninya,mudah-mudahan Tuhan akan menutup kesalahanmu dan memasukkan
kamu ke dalam surge yang mengalir dibawahnya sungai-sungai…”
Ayat
tersebut mengisyaratkan, bahwa setiap orang beriman dapat secara langsung
memohon ampun dan bertobat kepada Allah dan dijanjikan-Nya ampunan dan surge
bagi yang mau bertobat.
Salah
satu penyebab gangguan kejiwaan adalah perasaan berdosa. Banyak orang yang
merasa sangat menderita,bila ia merasa dirinya berdosa,bila perasaan dosa lama
tidak diatasi,mungkin saja orang tersebut akan mengalami gangguan jiwa dengan
berbagai gejala, diantaranya ada yang menderita psikosomatik(yaitu penyakit
fisik jasmaniah(disebabkan oleh kegoncangan jiwa) misalnya penyakit lumpuh pada
salah satu anggota tubuh. Bahkan ada orang yang menjadi hilang kemampuan untuk
melihat(buta),walaupun matanya tidak sakit dan baik-baik saja. Dan ada pula
orang yang diserang oleh penyakit takut yang tidak beralasan.
Apabila
si penderita(klien) mendekatkan diri kepada Allah serta yakin bahwa Allah Maha
Pengampun dan Maha Penyayang,dirinya pun dapat mohon ampun atas dosanya dan
akan diampuni Allah,firman Allah,Surat Asy-Syuura(42):25
![Description: http://c00022506.cdn1.cloudfiles.rackspacecloud.com/42_25.png](file:///C:\Users\HPMINI~1\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image002.png)
“Dan Dia-lah yang menerima tobatdari
hamba-hambanya, dan Dia memaafkan kesalahan-kesalahan serta mengetahui apa yang
kamu kerjakan.”
Semua
dosa diampuni oleh Allah,kecuali satu dosa,yaitu dosa syirik, firman
Allah,Surat An-Nissa’(4):48:
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan
Dia mengampuni segala dosa,selain dari dosa(Syirik)itu, bagi siapa yang
dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah,maka sungguh ia telah
berbuat dosa besar.”
Ayat
ini menegaskan bahwa dosa syirik itu tidak akan diampuni-Nya. Jika hal ini kita
tinjau dari psikoterapi islami,akan terbukti bahwa syirik itu menimbulkan
kebimbangan pada orang itu,kepada Tuhan
yang mana permohonan ampun harus diajukan? Dan kepada yang mana pula mohon
pertolongan,perlindungan dan sebagainya ditujukan.
Agar
hati orang yang goncang itu tidak bertambah berat,maka tempat itu
memohon,mengadu dan mengeluh itu, hanya satu,yaitu Tuhan Yang Maha
Esa,MahaKuasa, dan Maha Penyayang saja. Selain Yang Maha Esa adalah makhluk-Nya
yang tunduk kepada-Nya dan dibawah kekuasan-Nya.
Hal
yang termasuk syirik adalah percaya kepada kekuatan makhluk-makhluk gaib,yang sering kali
digunakan oleh orang-orang mengaku pandai menyembuhkan penyakit dengan cara
menggunakan makhluk gaib tersebut. Nasihatnya sering kali bertentangan dengan
ajaran islam dan akal sehat,misalnya seorang klien yang menderita penyakit
cemas dan berbagaipenyakit, sampai dia mendatangi beberapa orang ahli
penyakit,semuanya berpendapat bahwa fisiknya sehat,hanya jiwanya yang
gelisah,penyakit yang dideritanya itu namanya”Psikosomatis”.
Penderita
itu pergi ke berobat kepada orang pintar/dukun, orang pintar mengatakan
kepadanya bahwa penyakitnya disebabkan oleh banyaknya mahluk halus(gaib) yang
bersarang di tubuhnya dan menghuni rumahnya. Maka kepadanya ditawarkan cara
pengobatan tertentu, yang biayanya cukup besar. Dia coba menjalani pengobatan
tersebut,ia mulai ragu dan bertambah cemas,karena biaya pengobatannya semakin
meningkat dan penyakitnya bertambah berat dan dia semakin cemas.
Dia
menjadi bingung, apakah ia harus pergi dari rumahnya,jika betul ia akan pergi
kemana? Apakah benar ia tidak dapat disembuhkan? Dan dia telah berkurung dalam
sarang mahluk gaib. Ia menangis,meratap dan bertanya,dokter mana yang harus
saya cari,agar dapat mengobati penyakit saya?
Psikoterapis Islami menjawab:”Doktermu
adalah Allah,Dia yang menurunkan penyakit,Dia juga yang menurunkan obatnya”.
Kalimat tersebut amat
menyentuhnya,diulanginya ucapan Psikoterapis Islami itu sambil memandang jauh,
Barangkali selama ini dia sibuk mencari dokter ahli yang pandai mengobati
penyakitnya, ternyata semuanya menyatakan bahwa ia tidak sakit.
Psikoterapis Islami, membenarkan
bahwa dirinya sakit,akan tetapi penyakitnya bukan disebabkan kerusakan atau
gangguan pada fisiknya,akan tetapi pada jiwanya. Dia mulai bertanya tentang masalah
dosa berbohong kepada orang untuk menghindari pertengkaran dan ketegangan,emosi
yang sering meledak dalam keluarga. Kemudian dia permisi keluar sambil
menegaskan kembali ucapan psikoterapis sebelumnya,dokter saya,Allah,ya
Bu!!!Dalam dua kali pertemuan saja,semangat hidupnya terlihat telah pulih.
Wajahnya tampak tidak pucat lagi,rupanya aliran darah dalam tubuhnya telah
lancer kembali,yang selama ini terganggu oleh goncangan jiwanya,lalu permisi
pulang sambil berkata:”Dokter saya adalah Allah,ya Bu.”
Sesungguhnya para ahli psikoterapis
telah lama mengenal cara pengobatan dengan menggunakan pengungkapan keluar
perasaan yang menekan,yang disebut”catharsis”.
Kelapangan dada yang dirasakan setelah terungkap keluar perasaan yang menekan
itu, menjadikan emosinya reda dan kemampuan pikirnya bekerja kembali,serta
seluruh saraf-sarafnya berfungsi seperti sedia kala. Maka mukanya terlihat
merah,tidak pucat lagi. Ia merasa ringan,kelegaan dan kegembiraan terbayang
pada wajahnya.
Dengan demikian,tobat merupakan
Psikoterapi Islami mandiri,tidak memerlukan psikoterapis tempat ia
mengadu,mengeluh dan minta tolong,ia dapat secara langsung memohon dan
mengungkapkan segala perasaannya kepada Allah yang ia imani dengan sepenuh
hati
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Psikosomatis adalah gabungan dari kata
“psyche”(interaksi jiwa) dan “soma”(tubuh) Psikosomatis disebabkan oleh
berbagai masalah dalam pikiran seseorang yang memicu reaksi emosionalnya.
Ketika, misalnya, seseorang merasa tertekan, stress, dan kacau, maka tubuh akan
bereaksi terhadap pikirannya ini. Rata-rata reaksi tubuh terhadap pikiran yang
tertekan dan/atau stress adalah dengan meningkatnya asam lambung (sehingga
memicu sakit ”maag”), munculnya gejala ketombe di kepala, adanya gatal-gatal
disekitar kulit di sekujur tubuh, atau rasa mual-mual yang berkala, semua itu
biasanya disebabkan karena sebuah beban di dalam pikiran.
Beban pikiran ini seringkali menjadi sebuah ”bibit” untuk penyakit
psikosomatis, karena bila tidak segera ditanggapi (baik diselesaikan,
diiklaskan, dll), maka beban pikiran tersebut akan semakin kuat berada di
pikiran bawah sadar, yang perlahan-lahan mulai menunjukkan gejala-gejala sakit
secara fisik.Cara-cara pengobatan gangguan psikosomatis dengan menggunakan
psikoterapi islami adalah: (1)Sabar (2)Taubat Nasuha .
DAFTAR PUSTAKA
Daradjat,Z.
2002.Psikoterapi Islami. Jakarta: PT.
Bulan Bintang
Ardani,A.T.2008.Psikiatri Islam. Malang: UIN-MALANG
PRESS(Anggota IKAPI)